Saturday, January 30, 2010

Rumah Dara - The Review





Jujur waktu pertama kali dengar soal film Rumah Dara alias Macabre, saya punya ekspekstasi tinggi soal film yang konon berani mengangkat genre horror thriller (slasher) yang jarang disentuh oleh sineas Indonesia lainnya. Apalagi ketika berita betapa film ini diterima dengan hangat oleh khalayak internasional termasuk soal berita Shareefa Danish yang mendapatkan award sebagai penghargaan atas aktingnya sebagai lead actress dalam film ini (lebih lengkapnya silahkan baca di sini) , membuat saya semakin menantikan pemutaran film ini di bioskop. Bayangan saya waktu itu, saya akan mendapatkan suguhan tontonan filem Indonesia sedasyhat Pintu Terlarang karya Joko Anwar.


Rumah Dara sendiri bercerita soal sekelompok orang yang diperankan Julie Estelle, Ario Bayu, Sigi Wimala, VJ Daniel dll (lupa siapa nama pemeran masing-masing) yang berniat baik menolong seorang wanita bernama Maya yang mereka temui dalam perjalanan pulang ke Jakarta. Maya yang mengaku baru saja dirampok, meminta mereka semua untuk mengantarnya pulang ke rumah tempatnya tinggal. Disana mereka pun bertemu dengan Ibu Maya, Dara dan saudara laki-laki Maya, Adam dan Arman. Keganjilan di dalam rumah tua itu mulai terasa ketika Ibu Dara memaksa mereka untuk tinggal dan menikmati santapan makan malam dulu sebelum melanjutkan perjalanan. Santapan makan malam yang ternyata adalah hidangan terakhir yang mereka cicipi di dunia.

Overall film ini menarik. Tidak adil rasanya kalau saya tidak menyebutkan fakta bahwa film ini menghibur semua orang yang datang menonton. Ketegangan yang tercipta dari alur cerita yang tergolong rapi tetap terjaga dari awal sampai akhir. Penonton terus dibuat penasaran dan merasakan berbagai emosi mulai dari sedih, senang, jijik hingga ketakutan melalui adegan demi adegan yang disajikan di layar lebar. Saya pun mengacungkan jempol pada sutradara The Mo Brothers dengan keberanian dan kemahiran mereka dalam mengatur gambar dan pemberian efek khusus yang menjadikan setiap adegan tereksekusi dengan baik sesuai tujuan yakni menyuguhkan kengerian.

But that's it. It's a slasher movie and that's what it is. Tidak kurang dan sayangnya tidak lebih. Cerita yang disajikan sederhana dan menghibur, tanpa lapisan yang dapat membuat penonton berpikir dan penasaran hingga memikirkan cerita yang baru saja ditonton bahkan setelah menginjakkan kaki ke luar ruangan. Bersama dengan penceritaan yang sederhana, penggambaran karakter bahkan terasa tidak perlu. Kecuali Ibu Dara (Shareefa Danish) dan Adam (Arifin Putra), karakter lain di dalam film ini terasa hanya perlu terlihat takut sambil berteriak keras. Something that any girl can do easily :p

Sepanjang menonton film ini, saya sendiri malah menghabiskan waktu untuk membandingkan this so called Indonesian Slasher Movie dengan serial Dexter, karena jujur cara pemeran Armand menghabisi korbannya sangat mengingatkan saya pada Dexter yang juga membunuh korbannya di ruangan yang ditutupi plastik. Hanya saja alasan Dexter untuk menutupi ruangan dengan plastik jelas : tidak mengotori TKP sehingga bahkan darah pun ditampung dengan baik supaya bisa dibuang dan tidak meninggalkan jejak. Sesuatu yang seharusnya juga dipikirkan Armand yang entah untuk alasan apa, membuang darah begitu saja ke arah gudang tempat mereka menyimpan Julie Estelle cs. Karena membuang darah seperti itu mengandung resiko untuk diketahui orang lain yang mungkin saja tanpa terduga mendatangi rumah mereka. A brilliant murderer should think about everything perfectly with clear logic.

Mungkin Ibu Dara harus berkenalan dulu dengan Dexter. I'm sure they'll make such a good friend with each other. Suami baru mungkin? :p

0 comments:

Post a Comment