Saturday, January 30, 2010

Rumah Dara - The Review





Jujur waktu pertama kali dengar soal film Rumah Dara alias Macabre, saya punya ekspekstasi tinggi soal film yang konon berani mengangkat genre horror thriller (slasher) yang jarang disentuh oleh sineas Indonesia lainnya. Apalagi ketika berita betapa film ini diterima dengan hangat oleh khalayak internasional termasuk soal berita Shareefa Danish yang mendapatkan award sebagai penghargaan atas aktingnya sebagai lead actress dalam film ini (lebih lengkapnya silahkan baca di sini) , membuat saya semakin menantikan pemutaran film ini di bioskop. Bayangan saya waktu itu, saya akan mendapatkan suguhan tontonan filem Indonesia sedasyhat Pintu Terlarang karya Joko Anwar.

Wish List 2010 Si Mbak

Wish List ini sebenarnya postingan dari blog gue yang lain. Kenapa diputuskan untuk dipublish lagi disini karena menurut saya, this one is kinda essential.

Postingan ini soal dua wishlist yang pernah saya tulis. Satu di tahun 2009 (dengan catatan komentar mengenai kenyataan yang terjadi setelah empat bulan) dan satu lagi di tahun 2010. Cekidot.

my wish list ( written September 24th 2009) :

1. A house. An apartement to be exact. I put this on the top my list as a constant reminder for me not to be such stupid money spender. Also a reminder for me to be serious with my future. To do : extensive research !! --> January 2010 : in reality, after 4 months I still dont get the house or the apartement I wanted. the price is still too high for me and I do have other plan about using my money. But let's talk about it later.

Catatan Perdana Si Mbak

Kenapa blog baru saya ini dinamakan Catatan Si Mbak ?

Alasan pertama adalah karena sebagai anak pertama dalam keluarga kecil saya yang terdiri dari ayah, ibu dan dua orang adik yang (tidak begitu) menggemaskan, saya adalah si Mbak. Panggilan Mbak buat saya adalah representasi kepercayaan orangtua kepada saya sebagai anak sulung dan penghormatan adik2 kepada saya yang lebih tua. Walaupun sempat berpikir ulang tentang definisi Mbak sejak tinggal di Jakarta (FYI, Mbak di Jakarta memiliki konotasi pembantu atau asisten rumah tangga) tapi saya memutuskan untuk tetap bangga dengan panggilan Mbak. Saya orang Jawa (walau banyak diragukan orang karena dari segi wajah, lidah maupun kelakuan sama sekali tidak njawani) sehingga Mbak adalah panggilan yang terdengar lebih akrab dan familiar di telinga saya dibanding kakak. Mbak buat saya adalah sosok yang bisa diandalkan, hangat sekaligus baik hati *which is not me. Yet. I'm working on it*

Alasan kedua, karena dalam hidup saya selalu punya catatan tersendiri. Bukan hanya dalam bentuk tulisan personal dalam bentuk jurnal atau diari tapi dalam bentuk coretan-coretan kecil di sobekan kertas, memori hape sampai ukiran darurat di telapak tangan. Gunanya sederhana. Untuk mengingatkan saya yang memang pelupa kronis ini tentang banyak hal.

Alasan ketiga, karena saya belum pantas dan entah kenapa agak sentimen kalau dipanggil Ibu sama penjaga toko di mall. Saya mbak! Mbak!

Haha.

Eniwei let's get this blog rolling :))