Sunday, February 1, 2015

Playing Doctor: Berdiri Terlalu Lama dan Tekanan Darah Rendah

Playing doctor time!! 

(source: cracked tumblr)

Sejauh yang bisa saya ingat, saya adalah salah satu manusia yang  memiliki tekanan darah cenderung rendah (low blood pressure). Secara umum, tekanan darah sehari-hari biasanya berkisar sekitar 100/70, dengan kisaran tertinggi (yang saya ketahui) tidak pernah melebihi 120/80. Fakta ini sebenarnya tidak terlalu mengagetkan, mengingat kedua orangtua saya pun memiliki tekanan darah rendah.

Walaupun angka tensi saya cenderung rendah, saya nyaris tidak pernah menemui masalah dengan tekanan darah rendah. Saya malah sering bingung sendiri setiap kali periksa darah dan menerima pertanyaan seperti:

"Sering pusing-pusing nggak? Sering mau pingsan nggak?"

Er, no. Sering pengen tidur sih iya (which is why low blood pressure has always been my go-to excuse to explain make my oversleeping habit looks a bit cooler)

Intinya, hingga setua ini, tekanan darah rendah bukanlah sesuatu yang mengganggu kehidupan saya sehari-hari kecuali pada saat-saat tertentu (misal: ketika saya berdiri terlalu cepat setelah duduk atau berbaring, biasanya saya akan sedikit kliyengan. Tapi ditunggu sebentar semuanya akan kembali normal). Tapi belakangan, saya sepertinya menemukan masalah baru terkait tekanan darah rendah yang saya miliki. Masalah tersebut, tak lain dan tak bukan adalah berdiri terlalu lama tanpa bergerak.



Sebagai seorang pengguna Transjakarta yang setia (atau lebih tepatnya sebagai seseorang yang masih belum mampu membeli atau mengendarai kendaraan pribadi hingga setua ini), berdiri dalam waktu lama di dalam Transjakarta memang bukanlah hal yang baru lagi buat saya. Dan berdiri lama dalam bus bukan (belum?) sesuatu yang menyulitkan saya secara fisik karena secara umum, saya memiliki kesehatan fisik dan daya tahan tubuh yang cukup baik sehingga saya adalah salah satu orang yang tidak gampang tumbang.

Namun belakangan saya memperhatikan sebuah hal aneh yang terjadi pada tubuh saya.

Beberapa kali, di hari Senin atau hari lainnya ketika antrian kendaraan di jalan raya menjadi jauh lebih panjang dan lebih padat sehingga saya harus berdiri diam dalam jangka waktu lebih lama dari biasanya di dalam Transjakarta, my body felt somewhat weird. I felt weird. Rasanya sedikit susah untuk digambarkan namun kurang lebih terasa sama seperti saat-saat awal masuk angin - keringat dingin, pusing (light headed) dan gelisah hingga gemetar. Beberapa kali saya bahkan merasa ingin muntah di tempat. I literally felt like dying.


Done. (source: mashable)

Lucunya, saya akan merasa jauh lebih baik ketika saya akhirnya jongkok sebentar di dalam bus (karena meminta tempat duduk adalah hal yang nyaris mustahil) sebelum kemudian berdiri kembali.

Sebagai seorang yang jarang sakit, tentu saja kejadian ini (yang ngomong-ngomong hanya terjadi beberapa kali saja) membuat saya bingung sendiri. Awalnya saya menduga kalau  gula darah saya turun (which, bukan yang hal aneh pula karena ayah dan ibu saya memiliki gula darah yang cenderung rendah pula) namun kalau saya perhatikan baik-baik, kondisi tubuh saya menurun dalam waktu yang cukup drastis ketika saya harus berdiri dalam waktu lama tanpa bergerak. Ketika saya kembali berjalan/bergerak, kondisi saya pun sedikit membaik.

Selidik punya selidik (entah benar atau tidak), sepertinya saya mengalami sebuah kondisi yang disebut Orthostatic Hypotension (Postural Hypotension) yaitu sebuah kondisi dimana tekanan darah menjadi turun secara drastis ketika seseorang berdiri terlalu cepat atau berdiri terlalu lama tanpa bergerak pada satu posisi yang sama (definisi lebih lengkap bisa dibaca disini). Dari yang saya baca, penjelasan sederhananya seperti ini: ketika seseorang berdiri, gravitasi akan menarik darah ke bawah tubuh sehingga selama beberapa waktu, darah akan mengumpul di pembuluh darah di kaki. Sistem saraf pusat dan kardiovaskuler kemudian akan memberi perintah pada tubuh untuk meningkatkan tekanan darah dan menyempitkan pembuluh darah sehingga aliran darah ke otak tetap memadai. Nah pada orang-orang yang mengalami kondisi Orthostatic Hypotension, mekanisme tubuh untuk menaikkan darah ke otak ini sedikit terlambat sehingga tekanan darah tetap rendah dan terjadilah beberapa gejala tidak menyenangkan yang saya sebutkan di atas (lebih jelasnya lagi bisa dibaca disini). Tekanan darah pun akan kembali normal ketika orang tersebut kembali duduk atau berbaring selama beberapa saat.

Dari apa yang saya baca lagi, kondisi ini biasanya merupakan indikasi kondisi tubuh/penyakit lainnya (contoh: dehidrasi) dan dipengaruhi pula oleh faktor usia (Yeah baby! I'm old! Bring in the disease! #amitamitjabangbayi)

(source: doctorphantom tumblr)
Anyway, terlepas dari benar atau tidak hasil penyelidikan saya di atas, ada beberapa hal yang menjadi catatan saya dari sekarang: 
1. Minum banyak agar tidak dehidrasi. Kondisi Orthostatic Hypotension ini sedikit banyak dipengaruhi oleh kurangnya cairan dalam tubuh sehingga saya perlu lebih banyak memperhatikan asupan cairan dalam tubuh - khususnya pada hari SENIN. Damn you, SENIN.

Gimme the freakin water (source: purewaterpeople.co.uk)

2. Mencoba untuk bergerak sedikit walau saya terjebak dalam bus. Berdiri dalam waktu lama pada posisi yang sama telah terbukti menurunkan tekanan darah - which for someone with low blood pressure like me is not much needed (jadi jangan kaget kalau bareng saya naik bus lalu melihat saya joget-joget sendiri. This is necessary for my survival!)

Hey ho. (source: pandawhale.com)
3. Membawa cemilan ringan dalam tas SELALU untuk meningkatkan intake garam dan gula darah (something that my mom always does. Saya sih selalu berniat untuk membawa cemilan tapi biasanya cemilan tersebut habis saya makan sekali duduk. Whatchoo gonna dooo?!)

(source: analytaphia tumblr)
4. Have a bit more caffeine. Saya tidak pernah memiliki sejarah yang baik dengan kopi, so: hi, tea. Get in my tummy. 

And I need tea in an IV (source: cafemom.com)

Playing doctor done!! 

Si Mbak.

0 comments:

Post a Comment