Sunday, May 9, 2010

Bahasa dan Pilihan Hidup

Satu hal yang belakangan ini seringkali terucap dalam hati saya sebagai keinginan adalah harapan untuk kembali duduk di bangku SMA namun dengan wawasan dan otak yang saya miliki sekarang.

Tidak perlu susah-susah mengatakan "mimpi!!" karena saya tahu keinginan di atas tidak akan pernah terkabul kecuali bulan depan tiba-tiba ada ilmuwan jenius yang menciptakan mesin waktu. Namun yang ingin saya bicarakan di sini bukanlah soal kemungkinan terciptanya mesin waktu dalam beberapa waktu ke depan tapi betapa sesungguhnya manusia memiliki sejuta pilihan untuk masa depan.

Saya masih ingat ketika SMA dulu, sekolah memberikan sebuah daftar isian dimana saya diminta mengisi pilihan jurusan yang saya minati ketika kelas 3 nanti. Tentu saja saya mengisi IPA sebagai pilihan pertama dalam daftar tersebut. Pilihan tersebut saya ambil berdasarkan logika saja. Jujur saya ingin menulis BAHASA tapi jalan yang berada di depan jurusan IPA terlihat lebih gemerlap. Lagipula apa yang akan dikatakan orangtua saya? Benar saja ketika ketika saya berkeinginan melakukan kompromi dan menulis BAHASA di pilihan ketiga, ayah saya mengatakan ini kepada saya : "Tulis. Pilihan pertama, kedua, ketiga IPA"


Saya menurut dan menikmati masa-masa kelas 3 SMA saya di kelas IPA. Lulus dari sekolah, saya masuk ke jurusan Psikologi Universitas Gadjah Mada, salah satu universitas terbaik di Indonesia dan berhasil menyelesaikan perkuliahan dalam kurun waktu kurang dari 4 tahun. Saya menghabiskan waktu satu tahun untuk mencari pekerjaan *saya tahu bagaimana rasanya jadi pengangguran, saudara* dan sekarang menjadi PNS di salah satu Kementerian di Jakarta. Dua tahun kemudian atau lebih tepatnya saat ini, saya tetap menjadi PNS, telah menerbitkan satu buah buku dan insya allah, akan melanjutkan kembali studi saya akhir bulan ini.

Lalu?

Beberapa minggu lalu saya dan seorang teman yang sama-sama hendak melanjutkan kuliah sedang asyik melihat daftar mata kuliah yang ditawarkan universitas. Teman saya yang akan melanjutkan studi di English Literature menunjukkan pada saya deretan mata kuliah yang akan diambilnya dan sebuah denyut tidak asing muncul di dada saya. Saya menginginkan apa yang ditunjukkannya kepada saya. Saya selalu ingin mempelajari bahasa dan lebih dari sekedar bahasa, saya ingin mempelajari sastra. Saya masih ingat dengan jelas tugas paper yang saya buat sebagai tugas bahasa di kelas 3 SMA, sesuatu yang saya buat dengan sepenuh hati yaitu review Novel Saman karya Ayu Utami. Hampir sepuluh tahun kemudian, hasrat untuk bahasa dan sastra itu masih sama besarnya dan barangkali tidak akan pernah berubah sampai seumur hidup saya.


Psikologi selalu menjadi sesuatu yang ingin saya pelajari semenjak kecil (tidak percaya? tanya teman-teman SD saya. Mereka akan bersaksi bahwa saya pernah bilang akan menjadi dokter jiwa bahkan ketika saya masih duduk di bangku kelas 6 sekolah dasar. bukan dokter, bukan polisi apalagi presiden. Dokter Jiwa) tapi memikirkannya lagi sekarang, pemahaman tentang psikologi biasa saya gunakan untuk menulis dan memahami karya. Begitu pula dengan minat saya terhadap sejarah. Kebiasaan saya untuk tanpa ragu mencari pengetahuan sejarah yang tergolong trivia seperti sejarah Singosari, cerita Mahabrata dan Ramayana, kisah tragis Minamoto no Yoshitsune sampai kisah Tiga Kerajaan semua terkait dengan kegemaran saya menganalisa cerita.

I'm a literature person by nature.

Saya tidak ingin mengatakan saya menyesal. Menyebut kata sesal mengandung implikasi bahwa saya ingin membuang semua yang sudah susah payah saya tempuh. Toh kalau pun saya mengambil jalan kesukaan saya dulu bukan berarti saya akan hidup nyaman seperti sekarang. Intinya saya menjalani apa yang punya saat ini dengan syukur (I know. I'm very Indonesian) tapi tetap saya tidak bisa berhenti berpikir :

" seandainya... saya menuliskan BAHASA sebagai pilihan pertama, saya berada dimana sekarang?"

2 comments:

  1. percaya atau tidak, itulah jalan-jalan terbaik yang telah Tuhan tetapkan untukmu. Sekarang tinggal kembali merenung, jalan mana diantara jalan-jalan yang telah Tuhan tunjukkan yang merupakan panggilan jiwamu sesungguhnya...enjoy life girl, make your life colourfull

    ReplyDelete