Friday, May 16, 2014

Talk and Be Nice

Beberapa hari yang lalu, saya bertemu dengan seorang teman baik dari luar kota yang kebetulan tengah singgah di Jakarta. Singkat kata, saya pun pergi untuk menghampiri dia di sebuah hotel untuk bertemu dan inilah kalimat pertama yang meluncur keluar dari mulut teman saya begitu melihat saya nongkrong cantik di hotel:

"Wah tambah gem... Eh, tambah subur Mak!" 

Haha. Saya sebenarnya sudah menduga munculnya komentar semacam ini bagi seseorang yang sudah lama tidak melihat saya (Look. It's my body. Of course, I am fully aware of its ever-increasing weights. I'm fat - not blind) Dan saya tidak marah, sungguh. Saya hanya mencatat komentar teman saya hari itu sebagai sesuatu yang menarik mengingat kejadian semacam ini tidak hanya terjadi sekali atau dua kali. Awal tahun ini misalnya, saya pernah ngambek dengan Bapak saya sendiri karena komentar panjang Beliau soal badan saya yang terlihat membengkak. Intinya adalah, teman atau Bapak saya bukanlah orang pertama yang, saya perhatikan, memberi komentar tentang penampilan fisik saya tanpa pikir panjang. Banyak sekali orang yang bersedia memberi komentar soal penampilan fisik orang lain tanpa diminta, baik itu soal berat badan, pakaian yang digunakan warna kulit dan lain sebagainya. 

Dan semua ini membuat saya bertanya: What makes people think it's OKAY to talk or comment about somebody else's physical appearance, without being asked to? Apa sebenarnya yang membuat seseorang berpikir bahwa boleh-boleh saja berkomentar soal penampilan fisik orang lain atau bertanya tentang masalah pribadi orang lain, tanpa diminta?


Monday, March 3, 2014

Perempuan Kadaluarsa





Ibarat barang, saya baru tahu kalau perempuan pun punya tanggal kadaluarsa.

Cerita saya ini berawal ketika hari Sabtu kemarin, saya sedang duduk-duduk santai tanpa alasan sendirian ditemani laptop, secangkir kopi yang sudah setengah habis dan seabrek blog drama Korea untuk dibaca. Saat itu tiba-tiba saja saya bertemu dengan seorang kolega kerja yang kebetulan sedang menunggu temannya di tempat yang sama. Singkat cerita, saya pun diajak beliau menemaninya makan sore-menjelang-malam di restoran pizza sebelah sembari menunggu teman yang ditunggunya muncul. Kami pun bicara ngalor-ngidul seperti biasa - mulai dari topik kantor saya yang ajaib nan misterius, merek skin-care asal Amerika yang mihil luar binasa namun sangat direkomendasikan oleh kolega saya kepada saya yang masih saja terus bermasalah dengan kulit berjerawat, sampai kemudian kami sampai pada topik tentang usia saya yang sudah hampir touch-down tiga puluh namun masih tetap saja melajang. Walaupun topik treakhir ini biasanya saya hindari mati-matian dengan cara apa pun, namun hari itu insting ingin tahu saya sedang hebat-hebatnya. Saya ingin tahu bagaimana perspektif kolega saya ini -yang kebetulan laki-laki berusia di atas 40 (berapa usia tepatnya, beliau tidak pernah mau memberitahu. Yang jelas sih dia masuk kuliah, saya baru lahir. Hahaha) dan belum menikah (although I kinda suspect he's in a relationship. Not a traditional one, but still. In a relationship)- tentang masa depan saya. Saya pikir, beliau akan mendukung rencana saya untuk mencari pekerjaan baru (Jailah. Masih ya Dith?) atau melanjutkan studi. Jawaban yang diberikan beliau cukup membuat saya kaget.

"Kawin Dith. Lo musti kawin. As soon as possible." ujarnya dengan serius.

And my response was (as always): "Kawin sama apa? Sama tembok?"



Sunday, January 26, 2014

Lessons From An Unfortunate Events

In light of my recent unfortunate events, I learned a few wonderful things that I thought I should put on my blog:

1. Riding public transportation in Jakarta sucks. Seriously. There are legit reasons why I have this major fear when it comes on riding public transportation such as metromini, ojek or Jakarta bajai (some of my friends know very well how I choose to go by Transjakarta bus or cab, instead of taking bajai/ojek). I hate that the possibility of me being crushed on the street is exponentially increased while riding this public transportation and I hate that my personal belonging safety is suddenly on high risk, in the way that I have to be extra vigilant and keep my eyes on everyone around me because you literally cannot trust anyone. And whadduya know, all of that fear is legitimately justified this past Friday, when two unknown strangers strangled my tablet from my own hands in front of my eyes (and my friends's eyes) while we were sitting inside the damn bajai in the middle of Jakarta's busy traffic. There's nothing we could really do about it and that's that. Thinking about it still gives me the heebies jeebies. I guess this would be the last time I'm talking about this and I'm gonna stay away from Jakarta bajai for some time.

You won't be seeing me riding this one for a while now (source: here)

Friday, December 6, 2013

Learning English


Saya sebenarnya tidak pernah merasa kalau diri saya lancar (fluent) berbahasa Inggris. Saya hanya merasa saya cukup mampu menggunakan bahasa Inggris (proficient) sehingga kalau sewaktu-waktu dilempar ke negara manapun yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa utama, ya saya masih bisa berfungsi dengan baik.

Tapi belakangan saya memperhatikan bahwa ternyata beberapa orang menganggap saya lancar dalam berbahasa Inggris, sehingga kemudian bertanya: "Bagaimana sih cara belajar bahasa Inggris yang cepat, baik dan benar?" Mereka ingin tahu metode yang selama ini saya gunakan untuk belajar bahasa - kalau tidak untuk diri mereka sendiri, ya untuk anak-anak mereka.

Hm.

Saya sih tidak tahu apakah cara belajar bahasa saya selama ini sudah baik dan benar, tapi saya bisa mengatakan ini: bahwa mempelajari bahasa Inggris adalah salah satu pengalaman/proses belajar yang paling menyenangkan buat saya. Learning English has always been enjoyable. Kok bisa?


Sunday, November 17, 2013

I'm Getting A Divorce! (Maybe)

(Note: I'm not being depressed anything. Like many of my previous personal posts, mostly I'm just being contemplative and dark and quirky. In other words, I'm just being me. Most people won't understand but really. I'm just being me)


(Check out the funny card: here)


No, I'm not married (yet).

But if marriage means being in a long term/lifetime committed relationship with something (not someone), I'm clearly married...